Selasa, 17 September 2013

Over All Audit Program (Program Audit Menyeluruh)

1.        PENDAHULUAN
1.1    LATAR BELAKANG
Setiap program audit harus dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi norma pemeriksaan akuntan dan prosedur-prosedur yang dikembangkan dengan sesuai dengan segala persyaratan dan keadaan penugasan. Para auditor harus efisien dalam merencanakan audit. Setiap prosedur dalam program audit harus bermamfaat dan diperlukan dalam situasi yang bersangkutan, dan jangan menggunakan suatu teknik hanya karena sudah menjadi suatu kebiasaan.
Penggunaan utama dari pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern adalah untuk menetapkan risiko pengendalian relative terhadap berbagai tujuan audit terkait transaksi. Kalau auditor percaya bahwa kebijakan dan prosedur pengendalian  dirancang dengan efektif,, dan dijalankan dengan efisien, dia dapat menetapkan risiko pengendalian pada tingkat yang mencerminkan evaluasi tersebut ( misalnya, pada tingkat yang digambarkan sebagai sedang atau rendah). Dalam melakukan ini, meskipun demikian, tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan harus  dibatasi sampai tingkat yang didukung oleh bahan bukti yang diperoleh. Prosedur yang digunakan untuk memperoleh  bahan bukti semacam ini disebut pengujian atas pengendalian.
1.2    RUMUSAN MASALAH
Didasarkan oleh latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah untuk Rencana Audit dan Program Audit Menyeluruh ini adalah:
·         Mengetahui apa saja bagian pada program audit.
·         Mengetahui apa saja jenis-jenis pengujian.
1.3    TUJUAN
Untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa maupun kepada calon auditor mengenai program audit dan bagian – bagiannya.
  
2.                  PEMBAHASAN
Rounded Rectangle: PDR= AAR/(IR×CR)Program audit mencakup suatu daftar semua prosedur audit yang harus dijalankan untuk dapat menghimpun bahan bukti kompeten yang mencukupi. Termasuk pula didalamnya rincian dari masing-masing prosedur yang menyangkut ukuran sampel, pos atau unsure yang dipillih dan saat pengujian. Pertimbangan yang paling penting dalam mengembangkan suatu rencana audit dan program audit adalah bentuk perencanaan dari model risiko audit:



Dimana :
PDR= Risiko penemuan yang direncanakan ( planned detection Risk)
AAR=             Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk)
IR    = Risiko bawaan ( Inherent Risk)
CR  = Risiko pengendalian ( Control Risk)
Ada lima jenis pengujian dasar yang dapat dipakai dalam menentukan apakah laporan keuangan telah disajikann secara wajar, yaitu; prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern, pengujian atas pengendalian, pengujian subtantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian terinci atas saldo
2.1 PENGUJIAN ATAS PENGENDALIAN
Penggunaan utama dari pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern adalah untuk menetapkan risiko pengendalian relative terhadap berbagai tujuan audit terkait transaksi. Kalau auditor percaya bahwa kebijakan dan prosedur pengendalian  dirancang dengan efektif,, dan dijalankan dengan efisien, dia dapat menetapkan risiko pengendalian pada tingkat yang mencerminkan evaluasi tersebut ( misalnya, pada tingkat yang digambarkan sebagai sedang atau rendah). Dalam melakukan ini, meskipun demikian, tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan harus  dibatasi sampai tingkat yang didukung oleh bahan bukti yang diperoleh. Prosedur yang digunakan untuk memperoleh  bahan bukti semacam ini disebut pengujian atas pengendalian.
Pengujian atas pengendalian diarahkan kepada Efektifitas pengendalian, baik dalam rancangan maupun operasinya. Pengujian ini mencakup jenis bahan bukti berikut:
1.      Tanya jawab dengan pegawai klien
2.      Pemeriksaan  dokumen dan catatan
3.      Pengamatan ulang oleh auditor terhadap  prosedur—prosedur klien.

Dua prosedur yang pertama sama dengan jenis bahan bukti yang diperoleh dalam memahami struktur pengendalian intern. Sehingga, penetapan risiko pengendalian dan pengujian atas pengendalian dapat dikatakan sebagi kelanjutan dari prosedur audit yang digunakn untuk memperoleh pemahaman strruktur pengendalian intern. Perbedaan utamanya adalah bahwa dengan pengujian atas pengendalian teersebut, tujuan menjadi lebih spesifik dan pengujian menjadi lebih ekstensif.
Pengujian Subtantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Kekeliruan atau ketidakberesan tersebut (salah saji atau ketidakberesan moneter) merupakan indasi yang jelas terjadinya salah saji dalam akun laporan  keuangan. Terdapat tiga jenis pengujian subtantif; pengujian atas transaksi, prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo. Tujuan pengujian subtantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku tambahan dengan benar.
Pengujian atas pengendalian dapat dilaksanakan terpisah dari pengujian yang lain, tetapi untuk efisiensi, mereka seringkali dikerjakan pada waktu yang sama dengan pengujian subtantif atas transaksi. Secara khusus, pengujian atas pengendalian yang mencakup dokumen dan pelaksanaan ulang biasanya diterapkan terhadap transaksi yang sama dalam isi pokoknya. Kenyataanya, pelaksanaan ulang selalu secara simultan memberikan bahan bukti mengenai pengendalian maupun kebenaran moneter.
Prosedur analitis mencakup perbandingan  jumlah yang dicatat dengan ekspektasi yang dikembangkan olehh auditor. Seringkali prosedur analitis mencakup perhitungan rasio oleh auditor untuk dibandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. Ada empat tujuan pengggunaan prosedur anlitis; memahami bidang usaha klien, menetapkan kemampuan kelangsungan hidup suatu satuan usaha, indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan, dan mengurangi pengujian audit yang lebih rinci.
Pengujian terperinci atas saldo memusatkan pada saldo akhir buku besar baik untuk akun-akun neraca maupun laba rugi, tetapi penekanan utama pada kebanyakan pengujian terinci atas saldo adalah neraca.  Pengujian terinci atas saldo bertujuan memberikan kebenaran moneter atas akun-akun yang berkait dan ddengn demikian pengujian subtantif. Misalkan, konfirmasi menguji salahh saji dan ketidakbenaran moneter dan dengan demikian pengujian subtantif. Demikian pula perhitungan persediaan dan kas ditangan juga adalah pengujian subtantif. 

2.2 HUBUNGAN ANTARA PENGUJIAN DAN BAHAN BUKTI
Adanya jenis bahan bukti tertentu ( konfirmasi, dokumentasi dan seterusnya) masing-masing diperoleh melalui kelima pengujian tersebut.
·         Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern, pengujian atas pengendalian, dan pengujian subtantif atas transaksi mencakup hanya dokumentasi, pengamatan, tanya jawab dan pelaksanaan ulang.
·         Lebih banyak jenis bahan bukti yang diperoleh dengan menggunakan pengujian terinci atas saldo dari pada dengan menggunakan pengujian jenis yang lain. Hanya pengujian terinci atas saldo yang mencakup konfirmasi dan pemeriksaan fisik.
·         Tanya jawab denga klien dilakukan dalam semua jenis pengujian; dokumentasi dapat digunakan bagi setiap pengujian kecuali prosedur analitis.
2.3 BIAYA RELATIF
Jenis pengujian berikut diurutkan berdasarkan makin besarnya biaya yang diperlukan:
·         Prosedur analitis
·         Prrosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern dan pengujian atas pengendalian.
·         Pengujian subtantif atas transaksi
·         Pengujian terinci atas saldo
Alasan prosedur analitis merupakan prosedur yang paling murah adalah karena relative mudah untuk membuat perhitungan dan perbandingan. Seringkali informasi yang menyangkut salah uji yang potensial dapat diperoleh dengan mudah dengan cara membandingkan dua atau tiga angka.
Pengujian atas pengendalian juga rendah dalam biaya karena dalam membuat penyelidikan dan pengamatan serta pemeriksaan atas hal-hal seperti inisial pada dokumen daan indikasi keluar dari prosedur pengendalian yang lainnya. Seringkali, pengujian  atas pengendalian dapat dilakukan dalam sejumlah besar pos atau unsur dalam beberapa menit.
Pengujian subtantif atas transaksi lebih mahal daripada pengujian atas pengendalain yang tidak mencakup pelaksanaan ulang karena seringkali diperlukan perhitungan kembali dan penelusuran.
          Pengujian terinci atas saldo kebanyakan selalu lebih mahal daripada jenis prosedur yang lain. Dibutuhkan biaya untuk konfirmasi dan menghitung aktiva. Karena mahalnya pengujian terici atas saldo, auditor biasanya dalam merencankan audit berusaha meminimalkan penggunaannya.
Biaya untuk masing-masing bahan bukti bervariasi dalam berbagai situasi. Misalkan, biaya pperhitungan perrsediaan oleh auditor (pengujian subtantif terinci atas saldo persediaan) seringkali tergantung kepada sifat dan nilai rupiah persediaan, lokasi dan jumlah unsur persediaan. Terdapat banyak variasi keluasan penggunaan kelima jenis dalam situasi audit yang berbeda pada berbagai tingkat efektifitas pengendalian intern.
Analisa setiap audit adalah sebagai berikut:
Analisa situasi audit 1 klien ini adalah perusahaan besar dengan pengendalian intern yang canggih. Auditor, dengan demikian, melakukan pengujian atas pengendalian yang ekstensif dan sangat mengandalkan kepada struktur pengendalian intern untuk mengurangi pengujian subtantiff. Prosedur analitis yang ekstensif juga dilakukan untuk mengurangi pengujian subtantif yang lain. Pengujian subtantif atas transaksi dan pengujian terinci tas saldo, dengan demikian, diminimumkan. Karena penekanan pada ppengujian atas pengendalian dan prosedur analitis, audit ini dapat dilaksanakan dengan tidak mahal.
Analisa situasi audit 2 Perusahaan ini adalah berukuran sedang, terdapat sedikit pengendalian. Auditor, dengan demikian, telah memutuskan untuk melakukan jumlah pengujian yang sedang untuk semua jenis pengujian kecuali prosedur analitis, yang dilakukan dengan eksttensif.
Analisa situasi audit 3 Perusahaan ini adalah perusahaan menengah, tetapi memiliki sedikit pengendalian  yang efektif. Tidak ada pengujian atas pengendalian dilakuakn karena tidak pantas untuk mengandalkan kepada struktur pengendalian intern yang lemah. Penekanan ada pada pengujian terinci atas saldo, tetapi beberapa pengujian subtantif atas transaksi dan prosedur analitis  dilakukan juga. Alasan untuk membatasi prosedur analitis adalah ekspektasi auditor akan adanya salah saji dalam saldo akun. Biaya audit diperkirakan relatif lebih tinggi karena sejumlah pengujian subtantif yang rinci.
Analisa situasi audit 4 Rencana muala-mula dlam situasi audit ini mengikuti pendekatan pada audit 2. Tetapi, auditor menemukan deviasi pengujian atas pengendalian yang ekstensif dan kekeliruan yang signifikan setelah dilakukan pengujian atas transaksi dan prosedur analitis. Auditor, dengan demikian, berkesimpulan bahwa struktur pengendalian intern tidak efekttif. Pengujian teinci ats saldo yang ekstensif dilakukan untuk menutupi hasil yang tidak memadai dari pengujian yang lain.  Biaya dalam situasi audit ini   lebih tinggi karena pengujian atas pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi dilaksanakan tetapi tidak dapat mengurangi pengujian terrinci atas saldo. Pertimbangan selain struktur pengendalain intern akan mempengaruhi pengumpulan bahan bukti. Risiko bawaan dan risiko audit yang dapat diterima merupakan faktor yang menentukan luas pengujian subtantif yang memadai, khususnya pengujian terinci atas saldo.
2.4 PERANCANGAN PROGRAM AUDIT
Program audit pada kebanyakan audit dirancang dalam tiga bagian: Pengujian atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian terinci atas saldo.
Pengujian atas transaksi 
Program audit pengujian atas transaksi biayanya mencakup bagian penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh mengenai struktur pengendalian intern. Juga memasukkan gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern dan rencana tingkat risiko pengendalian yang di tetapkan. Baik prosedur yang dijalankan maupun risiko pengendalian yang direncanakan akan mempengaruhi program audit pengujian atas pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi. Prosedur audit pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas pengendalian maupun  pengujian subtantif atas transaksi dan bervariasi terrgantung kepada rencana risiko pengendalian yang ditetapkan. Kalau pengendalain efektif dan risiko pengendalain yang direncanakan rendah, penekanan akan banyak diberrikan kepada pengujian atas pengendalian. Beberapa pengujian subtantif atas transaksi juga akan ditekankan. Kalau risiko pengendalian ditetapkan 1.0, hanya pengujian subtantif atas transaksi yang akan digunakan. prosedur yang juga akan dilakukan dalam memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern akan mempengaruhi pengujian atas pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi.
Prosedur Audit Pengendalian dekatan untuk merancang pengujian atas transaksi menekankan pada pemenuhan tujuan pengendalian yang dikembangkan. Pendekatan empat langkah berikut dapat di ikuti kalau direncankan pengurangangan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan.
1.      Terapkan tujuan pengendalian intern rinci kepada kelompok transaksi yang di uji, misalnya penjualan.
2.      Identifikasi kebijakan dan prosedur pengendalian spesifik yang akan mengurangi risiko pengendalian untuk masing—masing tujuan audit berkait transaksi.
3.      Untuk masing-masing kebijakna dan prosedur pengendalian intern yang mana pengurangan risiko pengendalain dihubungkan ( pengendalain kunci), kembangkan pengujian atas pengendalain yang pantas.
4.      Bagi jenis kekeliruan  dan ketidakberesan yang potensial sehubungan dengan setiap tujuan audit berkait transasksi, rancang pengujian subtantif atas transaksi yang tepat dengan mempertimbnagkan kelemahan dalam pengendalian intern dan perkiraan hasil pengujian atas pengendlaian dalam langkah 3.
Pendekatan empat langkah dalam perancangan pengujian atas pengendalaiann ini diikhtisarkan dalam gambar dibawah ini.
Gambar Metodologi perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi
Text Box: Laksanakan prosedur untuk memahami struktur pengendalian intern Type equation here.
 









Text Box: Rancang pengujian atas pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi untuk memenuhi tujuan audit berkait transaksiText Box: Prosedur audit                                                                             
 




Karena relative tidak mahal, banyak auditor melakukan prosedur  analitis yang eksttensif dalam seeluruh audit. Prosedur analitis dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda: dalam tahap perencanaan untuk membantu auditor menentukan bahan bukti lain yang diperlukan uuntuk memenuhi risiko yang diinginkan( disyaratkan), selama pelaksanaan audit bersama-sama dengan pengujian atas transaki dan pengujian terinci  atas saldo (bebas pilih), dan mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir(disyaratkan).
Metodologi untuk merancang pengujian terinci atas saldo laporan keuangan piutang usaha:
·         Tentukan materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan untuk piutang usaha. Risiko bawaan ditetapkan dengan mengidentifikasikan semua aspek historis, lingkungan, atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan.
·         Tetapkan risiko pengendalian. Metodologi tersebut dapat diterapkan baik untuk penjualan maupun penerimaan kas dalam audit atas piutang usaha.
·         Rancang dan perkirakan hasil pengujian atas transaksi dan prosedur analitis. Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh.
·         Rancang pengujian terinci atas saldo untuk memenuhi tujuan spesifik audit. Pengujian terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, ukuran sampel, pos atau unsur yang dipilih, dan saat pelaksanaan.

Kalau hasil pengujian atas pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis tidak konsisten dengan prediksi, pengujian terinci atas saldo perlu diubah dalam perkembangan audit.
Salah satu bagian yang paling sukar dari audit adalah penerapan dengan pantas faktor-faktor yang mempengaruhi pengujian terinci atas saldo. Tiap faktor adalah subyektif sifatnya, dan memerlukan pertimbangan profesional. Pengaruh setiap faktor dalam pengujian terinci atas saldo sama subyektifnya.
Ikhtisar Proses Audit:
·         Tahap I: Perencanaan dan perancangan pendekatan audit
Perencanaan dan perancangan pendekatan audit. Perbaharui pemahaman atas struktur pengendalian intern. Perbaharui program audit. Laksanakan prosedur analistis pendahuluan.
·         Tahap II: Pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
Lakukan pengujian atas pengendalian dan pengujian atas transaksi untuk asumsikan bulan pertama. Tujuan dalam tahap II adalah:
1.      Mendapatkan bahan bukti yang mendukung kebijakan dan prosedur pengendalian spesifik yang berperan terhadap tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan (misalnya, dimana risiko tersebut dikurangi menjadi dibawah maksimum).
2.      Untuk memperoleh bahan bukti yang mendukung kebenaran moneter transaksi.
·         Tahap III: Pelaksanaan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo.
Tujuan tahap III adalah untuk memperoleh bahan bukti tambahan yang cukup untuk menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki pada laporan keuangan dinyatakan dengan wajar.
·         Tahap IV: Penyelesaian audit dan penerbitan laporan audit
Ikhtisar hasil, telaah kewajiban bersyarat, telaah peristiwa kemudian, dan menyelesaikan audit. Tahap ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a.       Menelaah kewajiban bersyarat. Kewajiban bersyarat adalah kewajiban yang potensial yang harus diungkapkan dalam catatan kaki klien (atau catatan atas laporan keuangan). Auditor harus yakin bahwa pengungkapan telah memadai.
b.      Menelaah peristiwa kemudian. Biasanya, kejadian yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum tanggal penerbitan laporan keuangan dan laporan audit akan mempunyai pengaruh terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
c.       Mengumpulkan bahan bukti akhir. Bahan bukti ini mencakup pelaksanaan prosedur analitis akhir, evaluasi asumsi kelangsungan hidup, mendapatkan surat pernyataan klien, dan membaca informasi dalam laporan tahunan untuk menjamin konsistensi dalam laporan keuangan.
d.      Menerbitkan laporan audit. Jenis laporan audit yang diterbitkan tergantung kepada bahan bukti yang dikumpulkan dan temuan audit.
e.       Komunikasi dengan komite audit dan manajemen. Auditor diminta untuk mengkomunikasikan masalah yang berkaitan dengan struktur pengendalian intern kepada komite audit atau manajemen senior.










3.                  Penutup
Program audit pada kebanyakan audit dirancang dalam tiga bagian: Pengujian atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian terinci atas saldo.
Program audit pengujian atas transaksi biayanya mencakup bagian penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh mengenai struktur pengendalian intern. Juga memasukkan gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern dan rencana tingkat risiko pengendalian yang di tetapkan.
Prosedur analitis dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda: dalam tahap perencanaan untuk membantu auditor menentukan bahan bukti lain yang diperlukan uuntuk memenuhi risiko yang diinginkan( disyaratkan), selama pelaksanaan audit bersama-sama dengan pengujian atas transaki dan pengujian terinci  atas saldo (bebas pilih), dan mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir (disyaratkan).
Pengujian terinci atas saldo kebanyakan selalu lebih mahal daripada jenis prosedur yang lain. Dibutuhkan biaya untuk konfirmasi dan menghitung aktiva. Karena mahalnya pengujian terinci atas saldo, auditor biasanya dalam merencankan audit berusaha meminimalkan penggunaannya.
Ada lima jenis pengujian dasar yang dapat dipakai dalam menentukan apakah laporan keuangan telah disajikann secara wajar, yaitu; prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern, pengujian atas pengendalian, pengujian subtantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujjian terinci atas saldo.



DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Jusuf Amir. 2003. Auditing Pendekatan Terpadu, Salemba Empat, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar