1.
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Setiap program audit harus
dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi norma pemeriksaan akuntan dan
prosedur-prosedur yang dikembangkan dengan sesuai dengan segala persyaratan dan
keadaan penugasan. Para auditor harus efisien dalam merencanakan audit. Setiap
prosedur dalam program audit harus bermamfaat dan diperlukan dalam situasi yang
bersangkutan, dan jangan menggunakan suatu teknik hanya karena sudah menjadi
suatu kebiasaan.
Penggunaan utama dari
pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern adalah untuk menetapkan
risiko pengendalian relative terhadap berbagai tujuan audit terkait transaksi.
Kalau auditor percaya bahwa kebijakan dan prosedur pengendalian dirancang dengan efektif,, dan dijalankan
dengan efisien, dia dapat menetapkan risiko pengendalian pada tingkat yang
mencerminkan evaluasi tersebut (
misalnya, pada tingkat yang digambarkan sebagai sedang atau rendah). Dalam
melakukan ini, meskipun demikian, tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan
harus dibatasi sampai tingkat yang
didukung oleh bahan bukti yang diperoleh. Prosedur yang digunakan untuk
memperoleh bahan bukti semacam ini
disebut pengujian atas pengendalian.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Didasarkan oleh latar belakang yang
telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah untuk Rencana Audit dan Program Audit Menyeluruh
ini adalah:
·
Mengetahui apa saja bagian pada program audit.
·
Mengetahui apa saja jenis-jenis pengujian.
1.3
TUJUAN
Untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa maupun kepada
calon auditor mengenai program audit dan bagian – bagiannya.
2.
PEMBAHASAN
Program
audit mencakup suatu daftar semua prosedur audit yang harus dijalankan untuk
dapat menghimpun bahan bukti kompeten yang mencukupi. Termasuk pula didalamnya
rincian dari masing-masing prosedur yang menyangkut ukuran sampel, pos atau unsure yang
dipillih dan saat pengujian. Pertimbangan yang paling penting dalam
mengembangkan suatu rencana audit dan program audit adalah bentuk perencanaan
dari model risiko audit:
Dimana
:
PDR= Risiko
penemuan yang direncanakan ( planned detection Risk)
AAR= Risiko
audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk)
IR
= Risiko bawaan ( Inherent Risk)
CR
= Risiko pengendalian ( Control
Risk)
Ada lima jenis pengujian dasar yang
dapat dipakai dalam menentukan apakah laporan keuangan telah disajikann secara
wajar, yaitu; prosedur untuk memperoleh
pemahaman atas struktur pengendalian intern, pengujian atas pengendalian,
pengujian subtantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian terinci
atas saldo
2.1 PENGUJIAN
ATAS PENGENDALIAN
Penggunaan utama dari
pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern adalah untuk menetapkan
risiko pengendalian relative terhadap berbagai tujuan audit terkait transaksi.
Kalau auditor percaya bahwa kebijakan dan prosedur pengendalian dirancang dengan efektif,, dan dijalankan
dengan efisien, dia dapat menetapkan risiko pengendalian pada tingkat yang
mencerminkan evaluasi tersebut (
misalnya, pada tingkat yang digambarkan sebagai sedang atau rendah). Dalam
melakukan ini, meskipun demikian, tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan
harus dibatasi sampai tingkat yang
didukung oleh bahan bukti yang diperoleh. Prosedur yang digunakan untuk
memperoleh bahan bukti semacam ini disebut
pengujian atas pengendalian.
Pengujian atas pengendalian
diarahkan kepada Efektifitas pengendalian,
baik dalam rancangan maupun operasinya. Pengujian ini mencakup jenis bahan
bukti berikut:
1. Tanya jawab dengan pegawai klien
2. Pemeriksaan dokumen dan catatan
3. Pengamatan ulang oleh auditor
terhadap prosedur—prosedur klien.
Dua prosedur yang pertama sama dengan
jenis bahan bukti yang diperoleh dalam memahami struktur pengendalian intern.
Sehingga, penetapan risiko pengendalian dan pengujian atas pengendalian dapat
dikatakan sebagi kelanjutan dari prosedur audit yang digunakn untuk memperoleh
pemahaman strruktur pengendalian intern. Perbedaan utamanya adalah bahwa dengan
pengujian atas pengendalian teersebut, tujuan menjadi lebih spesifik dan
pengujian menjadi lebih ekstensif.
Pengujian Subtantif adalah prosedur yang
dirancang untuk menguji kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang
langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Kekeliruan atau ketidakberesan tersebut (salah
saji atau ketidakberesan moneter) merupakan indasi yang jelas terjadinya salah
saji dalam akun laporan keuangan.
Terdapat tiga jenis pengujian subtantif; pengujian atas transaksi, prosedur
analitis dan pengujian terinci atas saldo. Tujuan pengujian subtantif atas
transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah
diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar
dan diposting ke buku besar dan buku tambahan dengan benar.
Pengujian atas pengendalian dapat
dilaksanakan terpisah dari pengujian yang lain, tetapi untuk efisiensi, mereka
seringkali dikerjakan pada waktu yang sama dengan pengujian subtantif atas transaksi. Secara khusus,
pengujian atas pengendalian yang mencakup dokumen dan pelaksanaan ulang
biasanya diterapkan terhadap transaksi yang sama dalam isi pokoknya.
Kenyataanya, pelaksanaan ulang selalu secara simultan memberikan bahan bukti
mengenai pengendalian maupun kebenaran moneter.
Prosedur analitis mencakup
perbandingan jumlah yang dicatat dengan
ekspektasi yang dikembangkan olehh auditor. Seringkali prosedur analitis
mencakup perhitungan rasio oleh auditor untuk dibandingkan dengan rasio tahun
lalu dan data lain yang berhubungan. Ada empat tujuan pengggunaan prosedur
anlitis; memahami bidang usaha klien, menetapkan kemampuan kelangsungan hidup
suatu satuan usaha, indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan
keuangan, dan mengurangi pengujian audit yang lebih rinci.
Pengujian
terperinci atas saldo
memusatkan pada saldo akhir buku besar
baik untuk akun-akun neraca maupun laba rugi, tetapi penekanan utama pada
kebanyakan pengujian terinci atas saldo adalah neraca. Pengujian terinci atas saldo bertujuan
memberikan kebenaran moneter atas akun-akun yang berkait dan ddengn demikian
pengujian subtantif. Misalkan, konfirmasi menguji salahh saji dan ketidakbenaran
moneter dan dengan demikian pengujian subtantif. Demikian pula perhitungan
persediaan dan kas ditangan juga adalah pengujian subtantif.
2.2 HUBUNGAN ANTARA
PENGUJIAN DAN
BAHAN BUKTI
Adanya
jenis bahan bukti tertentu ( konfirmasi, dokumentasi dan seterusnya)
masing-masing diperoleh melalui kelima pengujian tersebut.
·
Prosedur
untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern, pengujian atas
pengendalian, dan pengujian subtantif atas transaksi mencakup hanya
dokumentasi, pengamatan, tanya jawab dan pelaksanaan ulang.
·
Lebih
banyak jenis bahan bukti yang diperoleh dengan menggunakan pengujian terinci
atas saldo dari pada dengan menggunakan pengujian jenis yang lain. Hanya
pengujian terinci atas saldo yang mencakup konfirmasi dan pemeriksaan fisik.
·
Tanya
jawab denga klien dilakukan dalam semua jenis pengujian; dokumentasi dapat
digunakan bagi setiap pengujian kecuali prosedur analitis.
2.3 BIAYA
RELATIF
Jenis pengujian berikut diurutkan
berdasarkan makin besarnya biaya yang diperlukan:
·
Prosedur
analitis
·
Prrosedur
untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern dan pengujian atas
pengendalian.
·
Pengujian
subtantif atas transaksi
·
Pengujian
terinci atas
saldo
Alasan prosedur
analitis merupakan prosedur yang paling murah adalah karena relative mudah
untuk membuat perhitungan dan perbandingan. Seringkali informasi yang
menyangkut salah uji yang potensial dapat diperoleh dengan mudah dengan cara membandingkan dua
atau tiga angka.
Pengujian atas
pengendalian juga rendah dalam biaya karena dalam membuat penyelidikan dan pengamatan
serta pemeriksaan atas hal-hal seperti inisial pada dokumen daan indikasi
keluar dari prosedur pengendalian yang lainnya. Seringkali, pengujian atas pengendalian dapat dilakukan dalam
sejumlah besar pos atau unsur dalam beberapa menit.
Pengujian subtantif
atas transaksi lebih mahal daripada pengujian atas pengendalain yang tidak
mencakup pelaksanaan ulang karena seringkali diperlukan perhitungan kembali
dan penelusuran.
Pengujian
terinci atas
saldo kebanyakan selalu lebih mahal daripada jenis prosedur yang lain.
Dibutuhkan biaya untuk konfirmasi dan menghitung aktiva. Karena mahalnya
pengujian terici atas saldo, auditor biasanya dalam merencankan audit berusaha
meminimalkan penggunaannya.
Biaya untuk masing-masing bahan bukti
bervariasi dalam berbagai situasi. Misalkan, biaya pperhitungan perrsediaan
oleh auditor (pengujian
subtantif terinci atas saldo persediaan) seringkali tergantung kepada sifat dan
nilai rupiah persediaan, lokasi
dan jumlah unsur persediaan. Terdapat banyak variasi keluasan penggunaan kelima jenis dalam situasi
audit yang berbeda pada berbagai tingkat efektifitas pengendalian intern.
Analisa setiap audit adalah sebagai
berikut:
Analisa situasi audit 1
klien ini adalah perusahaan besar dengan pengendalian intern yang canggih.
Auditor, dengan demikian, melakukan pengujian atas pengendalian yang ekstensif
dan sangat mengandalkan kepada struktur pengendalian intern untuk mengurangi
pengujian subtantiff. Prosedur analitis yang ekstensif juga dilakukan untuk
mengurangi pengujian subtantif yang lain. Pengujian subtantif atas transaksi
dan pengujian terinci tas saldo, dengan demikian, diminimumkan. Karena
penekanan pada ppengujian atas pengendalian dan prosedur analitis, audit ini
dapat dilaksanakan dengan tidak mahal.
Analisa situasi audit 2
Perusahaan ini adalah berukuran sedang,
terdapat sedikit pengendalian. Auditor, dengan demikian, telah memutuskan untuk
melakukan jumlah pengujian yang sedang untuk semua jenis pengujian kecuali
prosedur analitis, yang dilakukan dengan eksttensif.
Analisa situasi audit 3
Perusahaan ini adalah perusahaan menengah, tetapi memiliki sedikit
pengendalian yang efektif. Tidak ada
pengujian atas pengendalian dilakuakn karena tidak pantas untuk mengandalkan
kepada struktur pengendalian intern yang lemah. Penekanan ada pada pengujian
terinci atas
saldo, tetapi beberapa pengujian subtantif atas transaksi dan prosedur
analitis dilakukan juga. Alasan untuk
membatasi prosedur analitis adalah ekspektasi auditor akan adanya salah saji
dalam saldo akun. Biaya audit diperkirakan relatif lebih tinggi karena sejumlah
pengujian subtantif yang rinci.
Analisa situasi
audit 4 Rencana muala-mula dlam situasi
audit ini mengikuti pendekatan pada audit 2. Tetapi, auditor menemukan deviasi
pengujian atas pengendalian yang ekstensif dan kekeliruan yang signifikan setelah
dilakukan pengujian atas transaksi dan prosedur analitis. Auditor, dengan
demikian, berkesimpulan bahwa struktur pengendalian intern tidak efekttif.
Pengujian teinci ats saldo yang ekstensif dilakukan untuk menutupi hasil yang
tidak memadai dari pengujian yang lain.
Biaya dalam situasi audit ini
lebih tinggi karena pengujian atas pengendalian dan pengujian subtantif
atas transaksi dilaksanakan tetapi tidak dapat mengurangi pengujian terrinci
atas saldo. Pertimbangan selain struktur pengendalain intern akan mempengaruhi
pengumpulan bahan bukti. Risiko bawaan dan risiko audit yang dapat diterima
merupakan faktor yang menentukan luas pengujian subtantif yang memadai,
khususnya pengujian terinci atas saldo.
2.4 PERANCANGAN
PROGRAM AUDIT
Program audit pada
kebanyakan audit dirancang dalam tiga bagian: Pengujian atas transaksi, prosedur
analitis, dan pengujian terinci atas saldo.
Pengujian atas transaksi
Program audit pengujian
atas transaksi biayanya mencakup bagian penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman
yang diperoleh mengenai struktur
pengendalian intern. Juga memasukkan gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk
memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern dan rencana tingkat risiko
pengendalian yang di tetapkan. Baik prosedur yang dijalankan maupun risiko
pengendalian yang direncanakan akan mempengaruhi program audit pengujian atas
pengendalian dan pengujian subtantif atas
transaksi. Prosedur audit pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian
atas pengendalian maupun pengujian
subtantif atas transaksi dan bervariasi terrgantung kepada rencana risiko
pengendalian yang ditetapkan. Kalau pengendalain efektif dan risiko
pengendalain yang direncanakan rendah, penekanan akan banyak diberrikan kepada
pengujian atas pengendalian. Beberapa pengujian subtantif atas transaksi juga akan ditekankan. Kalau
risiko pengendalian ditetapkan 1.0, hanya pengujian subtantif atas transaksi yang akan
digunakan. prosedur yang juga akan dilakukan dalam memperoleh pemahaman
struktur pengendalian intern akan mempengaruhi pengujian atas pengendalian dan
pengujian subtantif atas transaksi.
Prosedur Audit Pengendalian dekatan untuk
merancang pengujian atas
transaksi menekankan pada pemenuhan tujuan pengendalian yang dikembangkan.
Pendekatan empat langkah berikut dapat di ikuti kalau direncankan pengurangangan tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan.
1. Terapkan tujuan pengendalian intern
rinci kepada kelompok transaksi yang di uji, misalnya penjualan.
2. Identifikasi kebijakan dan prosedur
pengendalian spesifik yang akan mengurangi risiko pengendalian untuk masing—masing
tujuan audit berkait transaksi.
3. Untuk masing-masing kebijakna dan
prosedur pengendalian intern yang mana pengurangan risiko pengendalain
dihubungkan ( pengendalain kunci), kembangkan pengujian atas pengendalain yang
pantas.
4. Bagi jenis
kekeliruan dan ketidakberesan yang
potensial sehubungan dengan setiap tujuan audit berkait transasksi, rancang
pengujian subtantif atas transaksi yang tepat dengan mempertimbnagkan kelemahan
dalam pengendalian intern dan perkiraan hasil pengujian atas pengendlaian dalam
langkah 3.
Pendekatan empat langkah dalam
perancangan pengujian atas
pengendalaiann ini diikhtisarkan dalam gambar dibawah ini.
Gambar Metodologi perancangan pengujian
atas pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi
Karena relative tidak mahal, banyak
auditor melakukan prosedur analitis yang
eksttensif dalam seeluruh audit. Prosedur analitis dilakukan pada tiga tahap
audit yang berbeda: dalam tahap perencanaan untuk membantu auditor menentukan
bahan bukti lain yang diperlukan uuntuk memenuhi risiko yang diinginkan(
disyaratkan), selama pelaksanaan audit bersama-sama dengan pengujian atas
transaki dan pengujian terinci atas
saldo (bebas pilih), dan mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian
kelayakan akhir(disyaratkan).
Metodologi untuk merancang
pengujian terinci atas saldo laporan keuangan piutang usaha:
·
Tentukan
materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan
untuk piutang usaha. Risiko bawaan ditetapkan dengan
mengidentifikasikan semua aspek historis, lingkungan, atau operasi klien yang
mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji dalam laporan keuangan
tahun berjalan.
·
Tetapkan
risiko pengendalian. Metodologi tersebut dapat diterapkan
baik untuk penjualan maupun penerimaan kas dalam audit atas piutang usaha.
·
Rancang
dan perkirakan hasil pengujian atas transaksi dan prosedur analitis.
Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh.
·
Rancang
pengujian terinci atas saldo untuk memenuhi tujuan spesifik audit.
Pengujian terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, ukuran
sampel, pos atau unsur yang dipilih, dan saat pelaksanaan.
Kalau hasil
pengujian atas pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur
analitis tidak konsisten dengan prediksi, pengujian terinci atas saldo perlu
diubah dalam perkembangan audit.
Salah satu
bagian yang paling sukar dari audit adalah penerapan dengan pantas
faktor-faktor yang mempengaruhi pengujian terinci atas saldo. Tiap faktor
adalah subyektif sifatnya, dan memerlukan pertimbangan profesional. Pengaruh
setiap faktor dalam pengujian terinci atas saldo sama subyektifnya.
Ikhtisar Proses Audit:
·
Tahap
I: Perencanaan dan perancangan pendekatan audit
Perencanaan dan
perancangan pendekatan audit. Perbaharui pemahaman atas struktur pengendalian
intern. Perbaharui program audit. Laksanakan prosedur analistis pendahuluan.
·
Tahap
II: Pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
Lakukan pengujian atas
pengendalian dan pengujian atas transaksi untuk asumsikan bulan pertama. Tujuan
dalam tahap II adalah:
1. Mendapatkan
bahan bukti yang mendukung kebijakan dan prosedur pengendalian spesifik yang
berperan terhadap tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan (misalnya, dimana
risiko tersebut dikurangi menjadi dibawah maksimum).
2. Untuk
memperoleh bahan bukti yang mendukung kebenaran moneter transaksi.
·
Tahap
III: Pelaksanaan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo.
Tujuan tahap III adalah
untuk memperoleh bahan bukti tambahan yang cukup untuk menentukan apakah saldo
akhir dan catatan kaki pada laporan keuangan dinyatakan dengan wajar.
·
Tahap
IV: Penyelesaian audit dan penerbitan laporan audit
Ikhtisar hasil, telaah
kewajiban bersyarat, telaah peristiwa kemudian, dan menyelesaikan audit. Tahap
ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a. Menelaah
kewajiban bersyarat. Kewajiban bersyarat adalah kewajiban yang potensial yang
harus diungkapkan dalam catatan kaki klien (atau catatan atas laporan
keuangan). Auditor harus yakin bahwa pengungkapan telah memadai.
b. Menelaah
peristiwa kemudian. Biasanya, kejadian yang terjadi setelah tanggal neraca
tetapi sebelum tanggal penerbitan laporan keuangan dan laporan audit akan
mempunyai pengaruh terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
c. Mengumpulkan
bahan bukti akhir. Bahan bukti ini mencakup pelaksanaan prosedur analitis
akhir, evaluasi asumsi kelangsungan hidup, mendapatkan surat pernyataan klien,
dan membaca informasi dalam laporan tahunan untuk menjamin konsistensi dalam
laporan keuangan.
d. Menerbitkan
laporan audit. Jenis laporan audit yang diterbitkan tergantung kepada bahan
bukti yang dikumpulkan dan temuan audit.
e. Komunikasi
dengan komite audit dan manajemen. Auditor diminta untuk mengkomunikasikan
masalah yang berkaitan dengan struktur pengendalian intern kepada komite audit
atau manajemen senior.
3.
Penutup
Program audit pada kebanyakan audit
dirancang dalam tiga bagian: Pengujian atas transaksi, prosedur analitis, dan
pengujian terinci atas saldo.
Program audit pengujian atas transaksi
biayanya mencakup bagian penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang
diperoleh mengenai struktur
pengendalian intern. Juga memasukkan gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk
memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern dan rencana tingkat risiko
pengendalian yang di tetapkan.
Prosedur analitis dilakukan
pada tiga tahap audit yang berbeda: dalam tahap perencanaan untuk membantu
auditor menentukan bahan bukti lain yang diperlukan uuntuk memenuhi risiko yang
diinginkan( disyaratkan), selama pelaksanaan audit bersama-sama dengan
pengujian atas transaki dan pengujian terinci
atas saldo (bebas pilih), dan mendekati penyelesaian akhir audit sebagai
pengujian kelayakan akhir (disyaratkan).
Pengujian
terinci atas
saldo kebanyakan selalu lebih mahal daripada jenis prosedur yang lain.
Dibutuhkan biaya untuk konfirmasi dan menghitung aktiva. Karena mahalnya
pengujian terinci
atas saldo, auditor biasanya dalam merencankan audit berusaha meminimalkan
penggunaannya.
Ada lima jenis
pengujian dasar yang dapat dipakai dalam menentukan apakah laporan keuangan
telah disajikann secara wajar, yaitu; prosedur
untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern, pengujian atas
pengendalian, pengujian subtantif atas transaksi, prosedur analitis, dan
pengujjian terinci atas saldo.
DAFTAR
PUSTAKA
Abadi, Jusuf Amir. 2003. Auditing
Pendekatan Terpadu, Salemba Empat, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar